Jumat, 22 Januari 2016

BNI Blogging Competition: "Mau Bertanya Ngga Sesat di jalan"



BNI Blogging Competition Twitter @BNI46 #AskBNI
“Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan”

Solo Backpacker ke Taman Nasional Baluran
Artikel mengenai pengalaman main ke Baluran sebenarnya sudah kutulis di: http://abintaraisme.blogspot.co.id/2015/02/backpacker-taman-nasional-baluran.html, tetapi ternyata ada beberapa hal yang belum sempat diceritakan. Perjalanan yang layak dikenang acapkali terdiri dari rentetan berbagai hal kecil yang saling tali-temali kemudian menjadi hal besar lantas membekas di ingatan. Kebetulan juga tema yang diperlombakan oleh @BNI46 memang memiliki tingkat kesesuaian yang bagus dengan pengalaman yang pernah kulalui.
Kisah ini berawal pada tanggal 1 Desember 2014. Aku dan seorang teman baik sudah mencocokkan jadwal untuk sekedar bersantai melepas penat dari kegiatan perkuliahan. Pkl 19.30 tepat kami bertemu di warung kopi kecil langganan di salah satu sudut kota Malang. Ternyata temanku datang dengan seorang temannya. Dari obrolan yang terjadi kudapati teman dari temanku yang kemudian menjadi teman baruku ini kebetulan sedang singgah di Malang dari perjalanan petualangannya. Memang kami bertiga punyai hobi sama-sama pejalan, pendaki, dan satu yang tak bisa dihindarkan yakni bila pendaki bertemu dengan pendaki lain maka disitu akan terjadi pertukaran arus informasi yang gencar melalui pertanyaan-pertanyaan yang saling diajukan oleh masing-masing dari kami. Pertanyaan paling umum yang muncul sudah pasti: “sudah kemana saja?”, pun demikian dengan yang terjadi dalam obrolan di meja kopi kami. Sampai pada suatu ketika teman baruku ini memberikan saran untuk cobai main ke Taman Nasional Baluran. Kebetulan sekali waktu itu aku sedang mencari destinasi wisata untuk perjalananku besok. Setelah bertanya-tanya tanpa perlu sungkan, akhirnya kubulatkan tekad esok paginya langsung akan berangkat.
Berbekal informasi yang kudapat dari seorang teman baru ini aku menuju Taman Nasional Baluran. TN Baluran terletak di bagian ujung timur Pulau Jawa tepatnya Kabupaten Banyuwangi, berbatasan langsung dengan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Untuk menuju tempat ini dari Malang dapat ditempuh menaiki bus dari terminal Arjosari Malang, kemudian ke terminal Probolinggo. Seperti biasa gunung Arjuno menyapa kenangan dari utara jauh jendela bus. Dari terminal Probolinggo naik bus lagi sampai terminal Situbondo. Arloji menunjuk pkl 16.30 saat aku sampai di stasiun Situbondo. Awalnya sempat merasa was-was karena sudah sesore itu, takut andai tak ada bus ke arah Banyuwangi. Sudah juga browsing di aplikasi pencari, tak ditemukan informasi mengenai keberangkatan terakhir bus dari Situbondo menuju Banyuwangi. Sampai akhirnya dengan malu-malu kuberanikan diri untuk bertanya pada petugas yang berjaga, dari sana didapati masih terdapat bus terakhir menuju Banyuwangi dengan jam keberangkatan pkl 17.00. Pak petugas dengan ramah memberikan saran padaku agar jangan sampai tertinggal bus kali ini, dan juga menginformasikan bahwa bus terakhir ini memang sengaja diberangkatkan sore (cenderung masuk petang) untuk menunggu para pelajar terakhir yang pulang dari sekolah.
Akhirnya berangkat juga bus terakhir menuju Banyuwangi. Di bus kuusahakan menyelami internet lewat gadget yang kubawa guna meyakinkan tempat terdekat dimana harus turun di TN Baluran. Celakanya signal yang didapat waktu itu benar-benar tak bersahabat. Untung saja saat itu kondektur bus menghampiri guna pembayaran karcis, kugunakan kesempatan ini bertanya padanya. Ramah sekali jawaban yang kudapati, sang kondektur berjanji pula mengingatkan untuk turun di tempat yang kutuju. Hampir saja ketiduran saat kondektur bus memanggil-manggil “mas-mas, Baluran mas, waktunya sampean turun” katanya. Sambil dibantu memeriksa barang bawaanku, tas daypack keril dan sebuah tas slempang samping, saatnya turun. Terimakasih banyak pak kondektur, semoga makin lancar rejekinya aminnn…
Pengunjung TN Baluran yang naik bus dari terminal Situbondo harus turun di pos Batangan, sebuah Kecamatan kecil di pinggiran Bayuwangi. Waktu itu teman baruku di meja kopi tak tahu rute yang harus ditempuh jika menggunakan bus, si doi dulunya naik motor dan karena nontabene domisili asli Banyuwangi. Informasi dimana harus turun waktu itu juga sangat sedikit tersedia di internet, semoga dengan tulisan di alamat blog tadi dapat memberikan informasi pada teman-teman traveler sekalian.
Saat sampai di pos Batangan, waktu telah menunjuk pkl 18.22. Ternyata gerbang rimba untuk masuk TN Baluran ini terletak tepat disamping jalan raya Pantura. Langsung saja kubertanya pada penjaga pos, dan yahh malam itu tidak diperkenankan untuk masuki TN Baluran mengingat telah lewat batas waktu pengunjung. Dengan terheran-heran penjaga pos bertanya padaku, dengan siapa, naik apa, sudah ada penginapan atau belum, mungkin dikiranya terlalu nekat apa. Dalam percakapan itu pula kudapati informasi penginapan dan warung makan tak jauh dari gerbang rimba TN Baluran. Karena perut sudah amat keroncongan, langsung saja kuberangkat menuju warung makan. Disini kembali terjadi perbincangan yang hangat dengan ibu penjual makanan. Pertanyaan umum yang berkisar darimana asal, sama siapa (yang pasti ibunya kaget karena aku main sendirian), juga aku balik bertanya mengenai info penginapan murah dan bagaimana akses juga medan yang dapat ditempuh untuk explore TN Baluran. Setelah makan langsung aku menuju penginapan milik Hj. Sahri, yang disarankan dari orang-orang sebelumnya yang kujumpai. Hj. Sahri orangnya sungguh ramah, dan penginapannya sangat murah sekali, cukup Rp. 25rb saja semalam. Informasi seperti ini takkan ada di internet pikirku.
Keesokan paginya di 3 Desember bu Sahri membangunkanku. Aku memang sudah berpesan pada ibu minta dibangunkan, karena memang ingin segera memulai petualangan explore Baluran. Sampai di gerbang Rimba awalnya penjaga pos tak membolehkan, namun dengan sedikit usaha negosiasi yang oke akhirnya kukantongi izin masuk TN Baluran sebelum waktu kunjungan di buka. TN Baluran dijuluki “Africa van Java”, terdapat sabana padang rumput yang luuuuuas beserta berbagai satwa liar. Berjalan di TN Baluran sungguh memiliki suasana yang berbeda, seperti berada di negeri antah-berantah, yang padahal sebenarnya selama ini berada di halaman belakang rumah kita sendiri, Indonesia. Dari gerbang rimba menuju Savana Bekol jarak yang ditempuh adalah 12 km, dan dari Savana Bekol menuju pantai Bama 3 km. Aku berjalan kaki saja, sedang saat itu banyak tawaran dari pengunjung lain untuk dan juga dari Polisi hutan untuk naik ke truk atau motor (saat jam kunjungan sudah dibuka). Sungguh waktu itu aku sedang pingin dekat-dekatnya dengan diri sendiri. Perjalanan ini adalah apresiasi terhadap diri dan perayaan sederhana dari hari lahirku 3 Desember, hehe.
Indah sekali! Dijalan banyak sekali bertebaran satwa-satwa liar yang tanpa malu-malu lewat, banteng, merak, monyet, dan lain-lain. Di Savana Bekol kita bisa naik ke Menara pandang guna menangkap keindahan TN Baluran dengan cakupan jarang pandang yang lebih luas. Indahnya bukan main, alam Indonesia. Sekedar saran untuk pengunjung, disarankan berhati-hati di Menara pandang Savana Bekol, ada banyak monyet-monyet bandel disini, hati-hati sama tas yang dibawa. Perjalanan kulanjutkan menuju pantai Bama. Disini pengunjung bisa menyewa peralatan snorkeling dan perahu kano dengan tariff Rp. 50rb sampai puas. Aku bertanya ke penjaga pantai apakah aman dan memungkinkan untuk melakukan snorkl pada waktu itu, karena memang sedang tak ada pengunjung. Penjaga pantai dengan ramah mempersilahkanku bermain snorkeling, akan diawasinya selalu. Asyik dan puas sekali hari itu, sampai pada akhirnya aku harus pulang. 
 
Singkat cerita sampai kembali di gerbang rimba pkl 18.00 dengan keadaan pegal luar biasa tapi hati senang. Aku mampir makan kembali ke warung, disana kembali bertanya pada penjual makan mengenai keberangkatan bus menuju ke Malang. Masih ada, sayangnya ibunya tak tahu detail keberangkatan. Aku menunggu bus di samping pos penjagaan gerbang rimba, cukup lama sampai kemudian datang seorang setengah baya dengan barang bawaan tas dan kardus besar. Setelah kutanya, ternyata hendak menuju Malang berkunjung ke rumah anaknya. Sungguh kebetulan sekali, karena bus malam menuju Malang sedikit rumit, harus transit di sebuah jalan besar Probolinggo, dan kalau tak turun disitu akan terbawa hingga terminal Bungurasih, Surabaya. 4 Desember dini hari pkl 01.00 aku tiba kembali dengan selamat di terminal Arjosari, Malang…
Ada banyak hal yang didapat dari perjalanan ini, salah satunya mengenai pentingnya bersikap ramah dan membumikan kembali budaya bertanya. Dewasa ini orang sudah mulai enggan bertanya pada orang-orang di sekitar, di tempat-tempat umum utamanya. Stereotipe untuk tidak berbicara dengan orang asing telah menggeser wajah kebudayaan sedikit demi sedikit, dari yang dulu kita selalu disanjung karena keramah-tamahan penduduknya menuju perlahan acuh hingga sekarang ini. Orang terlalu menganggap teman sejati mereka adalah melulu gadget, dianggapnya segala informasi berada disana (media internet), pula semua teman ada disana. Padahal sesungguhnya, kalau kita berani keluar sedikit dari kotak pikiran yang membelenggu, ternyata masih amat sangat banyak sekali banget orang-orang baik dan ramah yang bisa menjadi teman. Dan cara terbaik untuk menjalin pertemanan adalah dengan menyapa dan bertanya. Namun kembali lagi, berpikiran terbuka dan menjadi ramah terhadap diri sendiri tentunya diperlukan terlebih dahulu. Menjaga etika dan batasan pertanyaan juga sangat diperlukan. Mari kembali saling berbicara satu sama lain, baik ditempat umum, kepada kenalan ataupun terhadap orang-orang baru, asyik kok! Yukk mari kembali bumikan budaya bertanya pada apa-apa yang pingin kita ketahui, kepada siapapun, dimanapun dan kapanpun, karena mau bertanya pasti ngga akan bikin sesat di jalan! Salam…

22 komentar:

  1. wohoo Blogger dari Bojonegoro juga rupanya

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Blognya mengenai apa-apa saja yang pingin kutulis. Sedang untuk judul tulisan ini, dikhususkan buat ikuti kompetisi BNI Blogging. Terimakasih sudah mampir, yeayyy 😁

      Hapus
  4. Wiiih keren sob! Lanjutin nulis yg inspiratif lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir pak bib, etelemele BNI pasti jaya hu-hahh, sekali lagi hu-hahhh!! 😁πŸ”₯

      Hapus
  5. Tulisanmu bikin baper pengen nyoba ndaki mas :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Nikeeeeennnnnn, makasih banyak udah mampir yeayyyy...
      Yeeee ini mah bukan ndaki, tapi backpackeran. Yang ndaki ada di tulisan judul lain, mampir baca2 ya. Semoga lain kali bisa ndaki beneran yak, hu-hahhh!! πŸ˜„πŸ”₯

      Hapus
  6. Tulisanmu bikin baper pengen nyoba ndaki mas :|

    BalasHapus
  7. Suangaaarr dolorr.. Jadi kangen ndaki ini, boleh lah lain waktu kita ndaki sama-sama ngajak temen BNI lainnya yg doyan travelling jg. Aq belum pernah ke TN Baluran, tp dr baca Tulisanmu bisa dibayangkan, very nice!!
    Aq nulis pengalamanku ke ranukumbolo ae belum tamat mas tot, salut!!
    SALAM LESTARI!
    PS: Buanglah sampah pada tempatnya dimanapun kalian berada krn alam adalah warisan untuk anak cucu kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeayyy ada senior, makasih udah mampir yak. Backpacker Baluran lebih lengkap ada di alamat blog yang kusebut diatas, biarpun tulisanku masih random shit gini. Senior Hanna nulis juga? Dimana bisa kuakses tulisan-tulisanmu senior?
      Di masa depan siapa tahu berdiri komunitas BNI Hikers, aku belum dan amat sangat pingin sekali banget ke Rinjaniiiiiiiiiii...

      Salam lestari, hu-hahhhh!! πŸ˜„πŸ˜Š

      Hapus
  8. Suangaaarr dolorr.. Jadi kangen ndaki ini, boleh lah lain waktu kita ndaki sama-sama ngajak temen BNI lainnya yg doyan travelling jg. Aq belum pernah ke TN Baluran, tp dr baca Tulisanmu bisa dibayangkan, very nice!!
    Aq nulis pengalamanku ke ranukumbolo ae belum tamat mas tot, salut!!
    SALAM LESTARI!
    PS: Buanglah sampah pada tempatnya dimanapun kalian berada krn alam adalah warisan untuk anak cucu kita.

    BalasHapus
  9. Suangaaarr dolorr.. Jadi kangen ndaki ini, boleh lah lain waktu kita ndaki sama-sama ngajak temen BNI lainnya yg doyan travelling jg. Aq belum pernah ke TN Baluran, tp dr baca Tulisanmu bisa dibayangkan, very nice!!
    Aq nulis pengalamanku ke ranukumbolo ae belum tamat mas tot, salut!!
    SALAM LESTARI!
    PS: Buanglah sampah pada tempatnya dimanapun kalian berada krn alam adalah warisan untuk anak cucu kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ajak aku ndaki reeekkk pengen poll :'(

      Hapus
    2. Bisa diatur lah Niken 😎 insya Allah semoga Allah memberi waktu, kesehatan dan rejeki πŸ˜‡

      Hapus
  10. Manfaatkan cuti 12 hari sebaik-baiknya wakakaka. Eh tapi kayanya waktu kita kerja besok, kesempatan buat ndaki paling aman cuman ada di H+3 lebaran, wakakaka πŸ˜‚πŸ˜

    BalasHapus
  11. Mantaap ms sentot. Dtgg recomen tempat wisatanya lainya...terus bekreativitas d BNI !!

    BalasHapus
  12. cerita tentang pengalamany Bagus Dan inspiratif mas. Saya juga setuju dengan Kata Kata kalo anak jaman sekarang mulai cukup nyaman hanya dengan gadgetny saja. padahal diluar sana masih banyak kegiatan sosialisasi yang memberikan Kita pelajaran Dan manfaat yg lebih baik. sukses terus mas sentot smoga sllu bisa menginspirasi 😊

    BalasHapus